10 August, 2007

Sekeq cerite kutulis maliq
Cerite-cerute lotoh siq endekne bueq-bueq kutmpakang bilang jelo
Cerite oleh negeri siq julat
Cerite oleq sekeq negeri siq sere toaq lelah tendein siq batu-batu

CERITA SEDERHANA YANG DURHAKA

Malam ini telah mati sedari pagi tadi
Terbunuh cerita pengap yang tak habis-habis! Cerita dari kemarin sore sampai lusa pagi yang mungkin tak habis dalam lolongan malam-mlam yang sama sekali sudah tak perkasa.
Dalam sebuah lakon seorang pembuat berita
Ada penari telanjang berlari dikejar pembunuh di sebuah lorong gelap. Dadanya ditusuk dan kaki tangannya dipotong-potong. Sementara si pembunuh membaca sajak puisi chairil anwar si binatang jalang.
Penyair pun jadi pembunuh malam ini!! Lalu apa yang mesti kau banggakan??
Dia mati tanpa penyesalan dan dia tewas tanpa kabar kematian
Aku mereguk mawar terlalu buta
Hingga aku tak kan pernah tahu apakah kau ikut juga menyalami temaram waktu yang aku kejar dalam perjalanan suntukkku
saat aku harus membunuh gerimis dan melarangnya meresap dalam butiran lempung-lempung tanah jiwaku yang kini telah kau beceki sejak malam sehabis senja kau rangkul pundak rohku yang telah begitu terawang ini.
Aku melihat orang-orang mati sendirian
Terkapar mampus pada sebuah batang rel.
Seperti biasa dikelilingi rumah-rumah kumuh yang suka bergoyang-goyang
Orang-orang disana lebih suka mati sendirian
Karena di kubur pun orang masih enggan berbagi

Ada yang membunuh tuhan dalam lorong jiwanya yang kian kusam
Tuhan dicincang
Dimutilasi dan dimasukkan ke karung dan dibuang di tong sampah
Mungkin biar gak ketauan polisi
Karena tuhan telah divonis membanatai anak istrinya
Disebuah hujan malam-malam
Dan tuhan telah mencabut nyawa mereka dengan mengambil beras dan air minumnya!!
Lorong senja telah menggiring malam-malam buta menjadi malam penuh kebisingan dan teriakan mampus yang percuma
Kamu mengembara melintasi penat kacau yang juga percuma
Dan semua mampus pula dalam dengung-dengung bingung yang tak mengerti apa-apa!!
Ini cerita luar biasa
Yang telah berulang satu juta kali
Sejak peradaban belum ada sampai peradaban sirna dan tak akan terlahir kembali
Ini cerita tua
Cerita kuno dan cerita yang paling durhaka
Semua penulis menulisnya
Semua pemain teater mementaskannya
Semua manusia melakukannya
Semua orang pula yang mengumpatnya!!!
Ada tangan-tangn gemetar yang ingin merangkul pundak-pundak yang kian gemetar pula
Ada kabar menakutkan dari sungai yang keruh dan meluap
Dari laut yang beriak dan tertawa garang
Dari kobaran angin yang semakin brisik dan tak tak mengerti arti sebuah rangkulan
Ada kabar pilu dari dasar lembah yang tak dalam tapi taki dangkal…
Semua membabi-membuta
Semua wajah menjadi poranda dengan senyum pahit yang diberi gula-gula imitasi
Masih ada saja yang tertidur dan menyusun teka-teki sendiri yang sama sekali tak menarik diceritakan dan dikenangkan


Sementara aku hanya menunggu bendera putih benderang berkibar d puncak tursina
Puncak tursina
Sambil mengenang dan sedikit mengharapkan kemenangan yang pernah dikabarkan oleh Musa!!






Bajang 2007

Lenguhan temaram, saat malam begitu membuta

aku membunuh rasaku begitu menggila.
Tanpa mau harus mereguk segala apa yang pernah aku asingkan
Aku mereguk mawar terlalu buta
Hingga aku tak kan pernah tahu apakah kau ikut juga menyalami temaram waktu yang aku kejar dalam perjalanan suntukan saat aku harus membunuh gerimis dan melarangnya meresap dalam butiran lempung-lempung tanah jiwaku yang kini telah kau beceki sejak malam sehabis senja kau rangkul pundak rohku yang telah begitu terawang ini.
Wah aku begitu senyap meresapi sebuah regukan yang kau suguhkan
Meski aku tahu mungkin tak sengaja pula aku harus menghisapnya.
Aku begitu berani,mencoba bersandar di tiang pada sebuah rumah dengan daun pintu yang begitu rapuh tua. Mungkin saja pagi lusa, saat temaram senja mulai menggelanyut berlalu aku ingin coba bisikkan teriakan-teriakan yang telah terkonstruksi begitu dalamnya.
Tapi sayang. Mantraku ini tidak begitu ampuh mengikat roh kita yang ingin selalu bergentayangan melewati pucuk-pucuk terowongan langit yang begitu senyap sejak kemarin malam.
Hah..
Apa kau tahu…hai betina kejam yang baik hati. Malam ini begitu sepinya
tanpa kolong langit saja rasanya.
Fuih…
Apalagi lagu ini
Seredup sorot lampu merkuri, saat hati begitu mesum memasuki lorong-lorong hatinya sendiri. Mengobrak-abrik kelelakian dan keperjakaan serta keegoisan dan kemunafikan yang sama sekali tidak pernah aku kubur mesti harus meneguk batu-batu hitam racun yang meregang maut dalam usus-ususku yang begitu lapar.
Yah..
Hari ini.
Sebuah goresan dua pengantin yang menimang bayinya telah hadir. Ia teriak menyelesaikan tangisan dalam hisapan air susu asing yang ia reguk dalam kebingungan bersama rengekannya.
Aku menjadi begitu telaten untuk tetap merenung dan memahat sebuah patung yang sama sekali belum ku imaji sebelumnya. Dan menjadi berhala-berhala aneh yang tak pula aku kenal rupa dan namanya.
Apa memang selalu begitu terulang. Aku harus terkapar setelah mereguk mawar-mawar yang telah di anugrahkan si ibu angin. Ibu dingin yang memporak-porandakan senyap dalam lenguhan malam yang makin mengental saja.
Kritik dan saran, silakan hubungi : Irwan Bajang Firmansyah, seorang penyair amatiran,081927595022 atau email irwan_bajang@yahoo.com.

baca saja

CERITA YANG MENYEBALKAN DARI SEORANG PENYAIR USIL
(ditulis di kamar hitam. sebuah sore sehari setelah hari HAM 06)
Ini hari
Kembali tertoreh goresan yang seharusnya malas aku sebut…
Selalu saja tentang hal ini
Tentang luka anakanak kecil yang tak sembuhsembuh dan menangis di tiap malam yang menganga KESAKITANKESAKITAN.
CERITA INI LAGI… lagi
lagi dan
lagi
Bosan aku menceritakannya…
!@#$%^&*()....
Akh…
Apa ya aku bosan?!
Tapi kenapa aku harus gelisah jika tidak menceritakannya.
Cerita seorang ayah yang merapuh melebihi amabang batas usianya
Cerita ibu yang hampir punah sabarnya karena lelah hari yang tak tertuntaskan. Cerita pagi perawan yang telah dipecah teriakan nyaring dari neraka derita yang paling dalam dari bisiskanbisikan perempatan jalan yang semakin redup saja oleh panas yang sengaja dibuat sang raja tanah di kota bisu tua renta ini.
Brengsek
ia menuding dengan telunjuk besarnya ke arahku.
Aku jadi terpojok.
Aku ini binatang jalang ( begitu kata Chairil si mata merah)
Akh..
Jalangsejalangjalangnya
Cerita ini……….cerita ini
Cerita buta yang tak paham keindahan
Keindahan hari keindahansenja. Apalagi keindahan langit batu karang dan sungai(seperti yang disebut anak itu)
Hmmm
Tidak ada doa yang bisa dikabulkan lagi mungkin.
Tidak ada sihir yang mempan lagi
Dan tidak ada kecup yang menggetarkan lagi
Bahkan ratapan sore ini saja tak da yang mendengar!!
Hah…
Penyair
Penyair..
Apa sih yang sedang kamu tulis.
Kamu sekali kali bukanlah penyair
Dasar manusia usil…