Berputar dalam mimpi
Pada siang yang panas dan terik, bersama matahari kucari namamu di sela-sela keringatku
Juga pada malam yang hening, bersama suara jangkrik
dan desah angin sepoi-sepoi, aku berputar dalam mimpi. Masih mencari namamu
Lalu, di pagi yang dingin, masih dengan selimut dan gigil tubuhku,
aku temukan kau telah berlari lewat mimpi di kepalaku, Aria.
Jogjakarta, Oktober 2009
Sakit Sekali
Luka yang menganga ini adalah amukan raksasa. Dan kita selalu tak berdaya dengan mereka yang buta. Bukankah kita adalah anaknya juga. Oh, betapa rakus mereka memburu mangsa. Tangan kanannya menggenggam penuh, sementara tangan lainnya sibuk mengaduk, mencari lagi. Dan lagi. Sejak dulu hingga hari ini.
2008
Sajak "Sakit Sekali" dimuat di SKETSA SENJA, 2008
Pada siang yang panas dan terik, bersama matahari kucari namamu di sela-sela keringatku
Juga pada malam yang hening, bersama suara jangkrik
dan desah angin sepoi-sepoi, aku berputar dalam mimpi. Masih mencari namamu
Lalu, di pagi yang dingin, masih dengan selimut dan gigil tubuhku,
aku temukan kau telah berlari lewat mimpi di kepalaku, Aria.
Jogjakarta, Oktober 2009
Sakit Sekali
Luka yang menganga ini adalah amukan raksasa. Dan kita selalu tak berdaya dengan mereka yang buta. Bukankah kita adalah anaknya juga. Oh, betapa rakus mereka memburu mangsa. Tangan kanannya menggenggam penuh, sementara tangan lainnya sibuk mengaduk, mencari lagi. Dan lagi. Sejak dulu hingga hari ini.
2008
Sajak "Sakit Sekali" dimuat di SKETSA SENJA, 2008
Kau yang diserang, aku yang merasa gerunnya...
ReplyDeletePuisi Pertama
ReplyDeleteAria,
"Nama itu sudah kamu pakai dalam dua bukumu..Sedang namaku tak ada dalam karya-karyamu. Aku jadi penasaran dengan si Aria, Siapa dia Jang? Selingkuhanmu lagi? Teganya dirimu Jang! Masihkah janji kita?"
Puisi Kedua,
"Eta seperti puisi sindiran. Siapa yang kau sindir bung?!"
Bung, Buku "Sketsa Senja" Koq cuman 15ribu? Koq Murah sich? Dinaikin dunk harganya!
Udah ah.. mo cabut udah hampir 1/3 malam, sebentar lagi ayam berkokok. Chan mesti kembali ke kayangan. Udah ah....
Cabuuuuuuttt.............
Ups, lupa celanaku belum kebawa, pantes ga bisa terbang... sini Bung kembaliin!
ReplyDeleteAria,...
ReplyDeletenama yg kau sebut pastilah istimewa.
puisi kedua:
marah,...ekspresi kesakitan yg biasa dan manusiawi.
selamat pagi
meninggalkan jejak pada puisimu yang ini...
ReplyDeleteAria itu siapa ya?
ReplyDeleteChan kayaknya tahu,
Aria adalah sosok wanita yang saya pakai dalam novel Rumah Merah Kita.
Ia perempuan pemberani, perempuan imajiner yang selalu saya kagumi...
Aria, oh Aria...
makasih kunjungan kwan2 ke mari
:D
iya ya, buku sketsa senja murah banget, Rumah Merah aja murah sangat...biarlah, biar banyak yang beli dan baca, saya kan sudah gembira..hehehehe
ReplyDelete