
menceritakan sepi sore hari
lewat desau angin yang meniup dingin
menjalar di dinding hati
lirih mengalun di rongga hati yang sepi
Sehabis solat magrib Tak ingin aku berdoa : malu di dada menyesak-liar membabi buta
Ia datang lagi mencekam
membopong paksa meski perlahan
Galau, aku tidak sedang ingin berteriak
Hanya ingin lirih saja berucap pelan
:Sehabis solat magrib Tak ingin aku berdoa, malu di dada menyesak liar-membabi buta
Lalu di pelataran ini aku meringkuk
mendengkur
tanpa doa sebelum tidur
tanpa munajat
Aku begitu sombong
2009
gambar diambil dari sini
saya suka sekali dengan puisi yang satu ini..dalam dan mistik sekali, kayak puisi2 orang sufi..
ReplyDelete:)
waaaah...saya jadi malu.
ReplyDeleteiya, ini emang puisi yang saya bikin di situasi yang memang sedang mistis. hati galau tentang diri dan sang penciptanya
makasih dah mengapresiasi
:D
Salam petang saudara Irwan Bajang,
ReplyDeletepuisi keagamaan kali ini,
aku tetap menyukai cara saudara menulisnya.
novel saudara "RUMAH MERAH KITA" itu bertemakan apa (?), jika aku ingin memilikinya bagaimana caranya (?).
haduh...
ReplyDeleteaku malah gak bisa menikmati puisi kau ini...
agak beda kayaknya ma puisi2mu sebelumnya...
hehehe...
Bung, teruslah menulis. tapi sekarang harus punya visi lebih kreatif untuk "bicara lebih banyak" di dunia sastra kontemporer.
ReplyDeleteTukeran link ya.
Fahd
oke..tar aku link bung Fahd..iya, makanya neh, menulis kreatif itu yang jarang dimiliki penulis2 tua, kita yang muda2 ini yang harus menggawangi
ReplyDelete:D
Kawan zulkifli di Malaysia ya?? bisa saya kirimkan nanti..
ReplyDelete:D
wah, aku jatuh cinta dengan puisi yang satu ini.
ReplyDelete@Wahyudi...
ReplyDeletejatuh cinta?? tembak aja
sapa tau mau jadi pacarmu bro.hehehehe
iya mas, itu novel tentang apa?
ReplyDeletepenasaran jadinya setelah baca karya2mu
:D
novel konflik sosial politik sebuah negara rekaan, juga cinta dan persahabatan yang digabung jadi satu dalam sebuah cerita.
ReplyDeleteNovel ini tentang seorang pemuda yang bercita2 jadi peternak, namun ternyata di tenga jalan, cita2nya berubah drastis karena melihat negaranya yang kacau... lalu ia bergabung dalam Rumah Merah..
namun kenyataan memang tak pernah seindah keinginan...
heheehhehehe
ya..kadang kita begitu sombong dengan pencipta kita. mengapa misti begitu? aku menyukai puisi sufi begini yang bisa menghaluskan rasa mengingati Yang Esa
ReplyDelete@Faziz.
ReplyDeleteterima kasih atas apresiasinya dan salam hangat selalu..
saya senag dengan dunia sufi yang mistik dan penuh perenungan
bajaaaang,,, hehek... sama baunyah kek si Puisi (karya) Santri tea. ad di MP gua...
ReplyDeleteauk ah, gelaps ^,^ bubyeee... Bajang ai lap yu...