26 November, 2009

Jualan Buku


Hei kawan-kawan bloger!!! Kali ini saya mau jualan buku di blog saya hehehe. Boleh donk. Saya ada tiga buku nih. Berhubung Idul Adha, saya mau kasih diskon buat kawan-kawan semua.
Rumah Merah Kita. Ini adalah novel pertama saya. Kalau di toko buku sih harganya Rp. 37.500,- sesuai bandrol yang ada di bukunya. Tapi berhubung saya lagi berbaik hati, saya mau kasih diskon buat kawan-kawan yang sering berkunjung ke sini. Harganya jadi Rp. 20.000,- saja deh.
Sketsa Senja. Buku ini adalah buku kumpulan puisi saya yang pertama. Terbit tahun 2008 secara indie dan saat ini cetak ulang (Oktober 2009). Harganya murah saja hanya Rp. 15. 000,- katanya Amier Chan sih, terlalu murah. Tapi nggak apa-apalah. Biarin aja, mumpung Idul Adha, saya mau berbaik hati. (yang ini persediannya terbatas, tinggal 10 eksemplar aja. Rencana mau cetak lagi kalau dah habis)
Tralalatrilili. Buku ini adalah kumpulan tulisan saya bersama kawan-kawan di komunitas Tanpa Nama. Hmmm… bukunya seharga Rp. 25.000,- saja.

Berikut review 3 buku ini:

Rumah Merah Kita: Adalah Novel karya Irwan Bajang, yang bercerita tentang sebuah negara dengan rezim diktator. Perlawanan muncul dari golongan muda, dengan mendirikan Rumah Merah, Ariaseni, Verzaya dan Razonca melakukan usaha-usaha untuk mengembalikan keadaan negara mereka menuju negara makmur seperti sediakala. Novel ini diwarnai, cinta, persahabatan, ego dan banyak kepentingan. Disintegrasi persahabatan dan disintegrasi nasional negara mereka terancam. Ini adalah novel yang layak dibaca oleh pemuda, mahasiswa, pemerintah, dosen dan semua orang yang tinggal di negara yang pernah terjajah. Novel ini sebagai gambaran tentang betapa globalisasi begitu gombalisasi. Penerbit: jagad Media Jogjakarta. Tebal: 215 halaman.

Sketsa Senja: Adalah kumpulan puisi tunggal Irwan Bajang. Terbit pertama Januari 2008. Dan dicetak ulang lagi sekarang. Penulis: Irwan Bajang Tebal: x+60 hal. Cetakan kedua: Oktober 2009 .

Tralalatrilili: Ini adalah album tulisan kompilasi Irwan Bajang bersama 10 orang penulis lainnya. Penulis: Komunitas Tanpa Nama (KTN) Tebal: 130 halaman. Harga: Rp. 25.000,- Cetakan pertama: Sept. 2009.

Ini gambarnya:





Kalau mau beli, nanti tinggal transfer aja harga buku plus ongkos kirimnya ke rekening:
Mandiri: 1370006436899
BRI: 002901063422508
Setelah itu, silakan konfirmasi ke email irwan_bajang@yahoo.com atau sms ke 081927595022. Bukunya akan langsung dikirim ke alamat kamu.

Ayo, ditunggu ya kawan-kawan. Jadikan buku sebagai hadiah ulang tahun, hadiah lebaran, natal atau tahun baru. :D







Ode untuk Aria

Sebab aku mengikuti setiap isyarat hatiku untuk mengenangmu, Aria, maka aku yakinkan kau bahwa aku mencintaimu.
Sebab aku adalah kembara, maka aku akan segera pulang untuk dirimu, Aria.
Tahukah kau, di setiap jejak yang kupijak, kucipta jutaan puisi untuk namamu. Aku yakin, aku lahir dari sebuah nama yang dulu pernah hidup bersamamu.

Kita telah bereinkarnasi bersama, setelah jutaan tahun terpisah, Aria. Jika dulu kau adalah Hawa, maka biarkan aku percaya, aku adalah Adam yang dicipta Tuhan. Aria, malam ini ijinkan aku menemuimu, menemuimu dan membaiatmu sebagai sebuah nama cinta.

Aku telah lama meleburkan diri dalam malam-malam dan pagi yang tak kunjung usai, Aria. Aria, Aria, dalam remuk redam, dalam dingin selimut-selimutku, kutunggu selalu dirimu. Aria, o, Aria. Dalam selimut-selimut dan dingin malam, aku menggigil menyebut namamu.


The rain was so cold
makes me shiver
chilled

in my lonely blanket
I'm delirious
because dream of you



Zonca

23 November, 2009

Sentimentil

kau cantik
indah dan hangat

aku tak tahu
mengapa aku jadi sentimentil layaknya sekarang
apakah lagu-lagu merdu mempengaruhiku?
karena begitu lama aku hanya bersahabat lirik-lirik cadas
dan musik-musik gelap?
: saatnya sedikit mengendap
cooling down and be come freeze

banyak hal yang tak harus direnungkan dengan sangat sentimentil
sebab di jalan, kita banyak menemukan peristiwa
yang mesti diselesaikan tanpa harus merenung dan berpikir

hangat sekali tubuhmu saat aku dekap

mari berlari
merindu masa kanak kita yang begitu mempesona
sudahlah,
itu bukit mari kita daki


Jogjakarta, 27/8/09

17 November, 2009

satu sajak cinta, satu sajak marah

Berputar dalam mimpi

Pada siang yang panas dan terik, bersama matahari kucari namamu di sela-sela keringatku

Juga pada malam yang hening, bersama suara jangkrik
dan desah angin sepoi-sepoi, aku berputar dalam mimpi. Masih mencari namamu

Lalu, di pagi yang dingin, masih dengan selimut dan gigil tubuhku,
aku temukan kau telah berlari lewat mimpi di kepalaku, Aria.

Jogjakarta, Oktober 2009


Sakit Sekali

Luka yang menganga ini adalah amukan raksasa. Dan kita selalu tak berdaya dengan mereka yang buta. Bukankah kita adalah anaknya juga. Oh, betapa rakus mereka memburu mangsa. Tangan kanannya menggenggam penuh, sementara tangan lainnya sibuk mengaduk, mencari lagi. Dan lagi. Sejak dulu hingga hari ini.

2008

Sajak "Sakit Sekali" dimuat di SKETSA SENJA, 2008

06 November, 2009

Buku Indie Lagi: Jalur-jalur indie book

pernahkah kamu berpikir: "Saya banyak tulisan, entah puisi, cerpen, novel, atau bahkan curhat-curhat yang melodramatis. Saya mau menjadikannya buku. Penerbit mana yang mau terima? saya kan, belum terkenal, saya belum nulis di koran, saya pernah ditolak penerbit, ditolak koran, bahkan ditolak majalah dinding. Duh, tapi saya bermimpi jadi penulis besar! Nggak bisa ditawar-tawar lagi!"

Nah, sering, kan, kita berpikir seperti itu? Merasa rendah diri, merasa kurang PeDe dan lain sebagainya. Lalu bagaimana solusi buat mereka yang berpikir seperti gaya berpikir di atas. Apakah menulis harus selalu diterbitkan di penerbit? Sebagai bukti bahwa kita penulis yang hebat dan karyanya bagus? Dalam beberapa hal barangkali ya, tapi tidak selamanya begitu.

Penerbit memang punya banyak rambu-rambu, dan saringan, itulah yang membuat naskah seseorang kadang tak diterima. Tentu saja bukan jelek sepenuhnya (meskipun pada beberapa kasus, memang demikian adanya). Kebanyakan karena beda selera antara penulis dan penerbitnya saja. Atau faktor yang paling dominan adalah, semuanya berdasarkan tinjauan pasar. Penerbit mengeluarkan modal yang tidak sedikit untuk menerbitkan buku. Menggaji karyawannya, membayar biaya produksi buku, membayar distributor, dan banyak lagi kerja lain yang menyangkut pengeluaran dana. Maka, jangan salahkan penerbit, kalau naskah-naskah yang tidak marketable akan di depak dari meja redaksi. Siapa yang mau berusaha dan ikhlas rugi di muka bumi ini?

Tapi, masih ada solusi, kan?
Hahaha.. santai aja. Jangan bingung, jangan sedih. Terbitkan saja sendiri bukumu!!

Waaaaaaakzzzz? Saya kurang paham seluk beluknya. Lagian katanya tadi dana yang dibutuhkan itu banyak! Gimana sih, katanya mau kasih solusi!

Hahaha nggak usah repot, masalah di penerbitan itu, kan cuma penyuntingan (editing naskah) proofing (tata aksara) lay out (tata letak) desain cover, dummy, cetak, distribusi, sudah jadi buku deh, cuma itu doang. Simpel kan?

Saya sudah membuktikan dengan banyak teman, bahwa membukukan buku sendiri itu gampang dan nikmat. kita cuma cetak sepuluh buku, entah dengan cara print, fotokopi, atau dengan banyak cara lainnya. (saat ini telah berkembang mesin cetak digital, yang bisa mencetak buku terbatas, bukan hanya minimum order 1000 lebih sebagai batas minimumnya) Cetaklah bukumu, jual pada orang-orang terdekat, pacar, istri, teman, adik, link yang kamu kenal, lalu hasil penjualanmu itu kamu pakai lagi untuk cetak yang lebih banyak berikutnya.

Skema sederhananya begini:
  1. Kamu punya naskah (entah novel, cerpen, curcol, puisi, flash fiction dsb), kumpulkan dan satukanlah menjadi karya utuh yang layak baca.
  2. Mintalah seorang yang bisa atau ngerti EYD dan setidaknya punya karya bagus, atau bayarlah editor yang berpengalaman untuk mengedit dan proof karyamu itu. Kalau mau irit, carilah tenaga suka rela. Hehehe.
  3. Bikin cover (kalau nggak bisa sendiri, kasusnya bisa kayak di atas, minta bantuan temen kalau nggak bisa sendiri)
  4. Layout tulisan kamu (sda)
  5. Cetak deh. Kamu bisa kopi isinya di fotokopian, covernya bisa kamu print sendiri, atau manfaatkan print outdor yang lagi marak. cari yang murah-murah aja untuk awalan!

Nah, setelah semua tahap ini kamu lalui, maka kita lihat tahap pendanaan sekarang.
Misalnya kamu cuma bikin bukumu 10 eksemplar. Anggep saja kamu mengeluarkan biaya 15.000,-/ buku. = 150. 000, kan, modalmu? Setelah jadi, juallah misalnya seharga 20.000 atau 25.000. Anggaplah 25. 000 biar gampang hitungnya. maka kalau semua bukumu laku, kamu dapat uang 250. 000.

Setelah itu cetak lagi, jangan dipakai jajan. Dengan dana sebanyak itu, kamu akan dapat mencetak kurang lebih 16 buku. Maka kalau semuanya laku lagi, kamu bisa dapat uang sebanyak 400.000, kamu bisa mencetak 26 buku selanjutnya. Kalau semuanya laku lagi, kamu akan dapat uang 650.000. Skemanya begitu terus, setelah laku, cetaklah kembali 50 buku, 100, 500, seribu, lima ribu. Seterusnya, seterusnya, sampai jumlah yang kamu inginkan.

Saya tidak sedang mengajak kamu komerisl dengan mengukur segala sesuatu dari uang, tapi setidaknya begitulah gambaran yang bisa kamu lihat, kalau kamu memang tertarik menerbitkan bukumu sendiri.
Gampang, kan? Tunggu apa lagi. Kumpulkan tulisanmu dan majulah!!!



(SEMUA CERITA DI ATAS BERDASARKAN PENGALAMAN SAYA DALAM MEMBANTU “INDIE BOOK” BEBERAPA TEMAN.)



PS:
Bagaimana dengan distribusinya?

Banyak kok distributor yang bisa bantu menyebarkan buku dan nggak mematok sampai beribu-ribu eksemplar. 400-500 saja mereka sudah mau, tapi ya kita nggak bisa berharap bisa tersebar jauh sampai seluruh indonesia, paling cuma habis di seputaran dalam kota asal buku itu. Kecuali kita cetak 2000 atau lebih, mungkin akan bisa tersebar se-Indonesia. Tapi jangan khawatir. Kalau kamu nggak mau pakai distributor, kamu bisa juga jual secara indie di distro-distro, kantin, komunitas-komunitas penulis, sastra dan lain sebagainya. Atau yang paling simpel, jual online online lewat blog atau email, facebook, twiter dan milis-milis buku lainnya. Yang penting kamu rajin promosi, bukumu pasti laku.

Kalau kurang jelas?

Jangan ragu Tanya saya. Hehehehe
Atau mampirlah ke Indie Book Corner, untuk konsultasi dan berbagi keluh kesah. Selamat menulis dan selamat jadi penulis!!

04 November, 2009

biar kutitipkan kau pada semesta

biar kulepaskan kau bayi mungil lucuku
bayiku gemuk berkulit gelap
bermata sayu dan berbibir agak tebal
beri kesempatan aku untuk melupakanmu

biar kutitipkan kau pada semesta
sebab merawatmu,
sama saja menyaksikan kematianmu pelan-pelan
rambut kriting hitam di kepalamu
belum mengerti mahalnya susu dan makanannmu di negeri ini
harganya telah membuat ayahmu mati kemarin pagi
dikeroyok manusia satu terminal

di tanah yang katanya surga tropis ini
srigala dan setan bersindikat menjadi raja rimba
ini persoalan tak sederhana, nak
matamu sayumu terlapau bening untuk paham segala
jadi, biarkan kutitipkan kau pada alam raya
tidur yang nyenyak di keranjang ini,
menagislah esok di dingin pagi
semoga seorang bingung berkenan menjemputmu

kelak jangan percaya pada siapun
jangan pernah cari aku, ibumu
apalagi ayahmu
: ia telah mati kemarin pagi
dibacok orang satu terminal
lantaran ketahuan menyobek tas seorang penumpang

jangan pernah cari aku
aku akan mulai berdandan dan bersahabat dengan malam
menjual daging berlendir
sambil menertawakan nasib yang makin muram
ijazah tamat SMPku, sudah lama aku lupakan
telah lama hilang bersama banjir dan hujan di rumah bocor kita
tidurlah dan esok pagi menangislah
aku, ibu kandung yang secara halal dan sah menikah dengan ayahmu
akan pergi mengganti semua identitas
kau bukan anak haram,
hanya saja kau lahir pada keluarga yang salah
kami manusia miskin yang tak mau berbagi kemiskinan denganmu
sayang


2009

Gambar ditemukan di komputer saya, entah dari mana asalnya.