23 August, 2009

Yang aku namakan pergi



perjalanan adalah metamerfosis ribuan detak dalam hari kita
sementara tujuan adalah secangkir kopi
di pinggir meja dengan mata tak mengantuk
sementara pagi semakin menanjak menuju dingin yang menulang

satu orang datang
berkumpul, lalu pergi satu satu
dan kerap kali kita bertanya,
adakah yang paling sedih dari kehilangan dan perpisahan?

perjalanan adalah metamerfosis ribuan detak dalam hari kita
sementara tujuan adalah secangkir kopi
di pinggir meja dengan mata tak mengantuk
sementara pagi semakin menanjak menuju dingin yang menulang

ribuan rencana
dan ceceran janji harus segera dituntaskan
sebab rencana baru selalu saja menanti
sebab setiap perjalanan selalu menagih janji-janji berikutnya
selalu menanti dan mengundang penuh birahi

Bali-Jogja 19 Agustus 2009

Gambar dicuri dari sini

22 August, 2009

catatan kaki

kucatat nama dan alamat lengkapmu di setiap jejak perjalananku
lalu kutulis menu kesukaanmu di meja makanku
juga kugosok mataku di pagi hari, sembari mengingat senyum malamku
aku muda kembali bersama mimpimu

perjalanan adalah melangkah sembari menoleh
menjauh sembari mengingat
lalu menulisnya dalam catatan-catatan rahasia, yang kadang tak seorangpun mengerti
tak jua kita


Denpasar, Agustus 2009

06 August, 2009

Saya butuh secarik puisi

“Saya sedang butuh secarik puisi.” Begitu seorang kawan sering berucap padaku. Lalu aku akan berubah jadi patung tolol yang bisu, selalu bingung untuk mengabulkan permintaan itu. Membiarakan angin berlalu begitu saja. Aku merasa jadi makhluk paling bodoh. Aku tak pernah bisa menulis puisi instan, layaknya sebuah kopi pesanan pelanggan di sebuah warung kopi di tengah kota yang bising. Padahal, banyak sekali orang bisa melakukan hal demikian. Membuat puisi pesanan seorang teman, atau sesekali untuk membantu merayu seseorang. Hmmm… hal ini barangkali sederhana, namun tidak bagi saya.

Saya tidak sedang ingin memperdebatkan esensi penyair dan penulisan puisinya, atau kontroversi sebuah buku best seller dengan pengarang rahasianya. Saya hanya ingin mengatakan, bahwa puisi seringkali menjadi obat yang paling mujarab untuk sebuah situasi batin yang tak pernah bisa tersembuhkan dengan obat lain. Itu saja. Saya sedang tak ingin bercerita panjang lebar.

Barangkali saya berlebihan, tapi setidaknya itu yang kerap saya rasakan. Kadangkala puisi itu magis, namun sesekali juga menyebalkan. Kerap kali menjadi obat, namun kerap kali bikin kecanduan. Saya hanya bisa menasehati diri saya: nikmatilah, tak ada yang salah dan tak ada yang perlu kamu besar-besarkan. Nikmati saja nafsu dan gairah menulismu, jadikan ia anak kandung dan cintailah. Dan setelah itu, saya akan terdiam, lalu kembali menjadi manusia biasa yang lapar, haus dan mengantuk, butuh kopi dan jalan-jalan.

Saya kerap merasa, bahwa bermain-main dengan puisi adalah hal yang percuma dan sungguh tak berarti.

Lalu kenapa saya harus menulis ngelantur seperti ini? Baiklah, saya sedang tidak punya banyak energi untuk mengobrol dan bercerita panjang lebar. Saya butuh diskusi dari kawan-kawan. Kita kerap kali kita tak pernah tahu apa yang ingin kita ungkapkan, melainkan isi kepala kita sedang berkeliaran dan bermain di kepala orang lain dan ingin sekali masuk kembali ke kepala kita lewat diskusi.

***

Aku sedang butuh secarik puisi
untuk menimang arti sebuah pertemuan dan perpisahan
Juga cerita-cerita lumpuh kita yang seringkali tak tertuliskan
Sementara kita bergelut
antara mimpi dan kehidupan yang kadang terasa tak bercakrawala
sebagian orang melakukan banyak kebohongan,
memutar berita menjadi fakta-fakta ganjil yang tak rasional.
Beradu argumen dan menggerakkan ratusan orang tak jelas orientasi ke sana kemari.

Mana puisimu sobat?
Saat ini, kirimkanlah untukku…
cerita-cerita masa kecil konyol yang membuat geli dan ingin tertawa,
tentang mimpi terbang ke rembulan
atau menjadi raja dari sebuah kerajaan di bawah pohon depan rumah kita, bersinggasana batu dan berakyatkan teman-teman sepermainan

Oh, bukankah hidup terlalu singkat, lalu kita tak pernah tahu asal-usul dan masa depan takdir?
Mari rayakan hidup gundah ini dengan bercerita puisi-puisi: mari kita jejaki, karena dongeng-dongeng dan pidato sungguh tak pernah abadi.
Jangan jadikan aku hantu yang bergentayangan dengan menceritakan banyak kebohongan
Mari kabarkan padaku, sebuah berita yang tak pernah usai
Berita-berita sendu, tentang kau dan aku yang bercerita pada semesta
Menolak kebohongan dan ketidak jelasan segala perkara

Aku hanya butuh secarik puisi
Sediakanlah pula kopi
untuk kita berbincang dan menulis hingga pagi hari nanti

Denpasar, 1 Agustus 2009