kapan nulis lagi, saya rindu tulisanmu?
hey ayo nulis lagi!
The rain was so cold
makes me shiver
chilled
in my lonely blanket
I'm delirious
because dream of you
aku akan merindukanmu jika aku pergi
aku juga akan merindukanmu jika kamu pergi
selalu saja aku rindukan kamu dalam pergi dan datangku
dalam hadir juga hilangku
bagiku hidup adalah seumpama udara
menjadi angin ketika tekanan rendah maupun tinggi
tinggi ia melesat, menukik ia jika rendah, dan kau tentu tahu bagaimana sepoi-sepoi tercipta
apakah kau sepakat dengan definisiku?
tentu saja aku tak pernah memaksa
soeharto telah lama tumbang, dan tak ada alasan untukku mengikuti jejak otoriternya
baiklah, jika begitu aku akan segera berangkat
akan kukirimkan surat setelah aku sampai
akan kuberi khabar di manapun bumi aku menjejak
tak perlu kau balas, sayang
sebab dengan mengirimkan khabar padamu, aku tahu kau baik-baik saja
aku ingin mengurai laut menjadi definisi-definisi
menjabarkan gunung menjadi tanda-tanda
serta mengakrabi sungai menjadi rumus-rumus
menjejaki hutan menjadi garis-garis
hingga kelak
aku tahu segala arti yang tak banyak orang tahu
aku mau segala sesuatu yang sederhana
sebab segala sesuatu yang rumit adalah hal yang menyebalkan
sebab itulah sesekali aku mengutuk diri memikirkan banyak hal
aku tak pernah tahu apakah aku beruntung atau terkutuk
namun yang aku sepakati dalah hati
adalah nabi nabi dan orang suci selalu berpikir sebelum bercerita
Jogjakarta, 6 Agustus 2009
Bisu antara kita
menjadikannya menggigil dan entah kenapa semakin pekat
Aku tak pernah tahu hubungaannya
kopi hangat, diam kita, dan rindu yang menyesak
adakah ketiganya punya pengaruh pada salah satu lainnya
Kopi hangat di dalam cangkir di atas meja
saksi bisu, juga korban rindu dendam kita yang tak pernah mau sederhana
Foto dari sini
adalah sebuah petualangan menyenangkan
untuk seorang pemuda jatuh cinta sepertiku
Menyimak dendang patukan pelatuk pada cemara
bagiku serupa gubahan lagu semesta luar biasa
dan mengendus wewangian alam raya yang perawan adalah mimpi masa kecilku yang lugu
Rinjani,
Namamu sungguhnya di benakku adalah nama perawan
Perawan bersungai susu, juga bertelaga segara
Edelwismu kembang andarnyawa
Tak pernah ada perawan semanis engkau
Berjalan pagi di puncakmu adalah serupa mengembara jauh di tanah tak bertuan
Di bawah gerimis bulan februari,
di punggungnmu kutulis sebuah sajak untuk Dewi Anjani
perempuan yang nun jauh menantiku pulang bersama kembang andarnyawa-mu
Mei, 2009