08 December, 2010

November Basah, Desember Lembab

November yang basah telah usai, dan inilah aku, aku yang akan menghadap pada bulan di ujung tahun.

Seperti biasa, kita akan merutuki waktu yang selalu terasa berlalu cepat. Dan aku, adalah orang yang selalu merasa banyak sekali telah tertinggal. Tertinggal oleh laju waktu, tertinggal banyak jejak, tertinggal oleh kenangan dan tertinggal ratusan harapan. Bagaimana harus kuceritakan padamu? Adakah bahasa yang layak, adakah kalimat yang jangkau? Lihatlah, inilah aku: manusia yang kehilangan diri. Manusia yang berjalan menyusuri malam yang patah hati, dan hari-hari yang basah oleh harapan! Seperti November yang basah, Desember yang lembab, dan tahun-tahun yang akan segera dijelang banyak orang.

Di luar, seperti biasa, hujan membasahi Desember yang lembab. Orang-orang berkejaran menarik jemuran, membawanya masuk rumah, membiarkannya berangin-angin di ruang tengah. Mereka akan segera berkumpul, di meja ada teko dan cangkir-cangkir teh hangat. Mereka lalu menyalakan televisi, menertawai mimpi dan menghiba pada iklan-iklan. Dan begitulah, aku tetap di simpang jalan ini, berteduh sembari menghimpun tenaga. Tapi tak pernah lepas dari kerinduan.