
Sesaat sebelum aku memutuskan untuk meninggalkanmu, aku menulis surat ini semoga kelak bisa kau baca sendiri.
Hey! Aku telah berkemas untuk berangkat menuju laut. Jadi, setelah berpamitan denganmu, aku langsung menuju laut. Maka ketika kau baca surat ini, anggaplah aku sekarang telah berada di laut, selamat sampai tujuan, merantau sendiri menjauhi segala keriuhan, dan bergabung dengan mereka yang mengasingkan diri di sini. Saat kau baca surat ini, mungkin aku sedang menyelidiki, adakah manusia di bawah laut. Adakah mereka juga seperti aku, penat di atas dan mencebur berenang menuju laut.
Kutulis surat ini hanya untukmu, aku tak pernah punya teman untuk bercerita, makanya aku teringat kebiasaan unik kita sejak dahulu, menulis untuk saling berbagi cerita.
Tahukah kau, konon di sini tidak pernah ada panas dan hujan. Sehari-hari tidak ada cuaca dan konon tidak pernah ada iklim. Setiap hari di sini teduh dan damai. Meskipun di sini juga ramai seperti di atas dunia sana, tempat dulu kita saling beradu senyum dan meneriakkan tawa.
Bayangkan saja aku kini bersirip, mempunyai insang dan bisa bernapas sambil berenang di laut. Asyikkan? Tentu saja. Banyak terumbu karang, ikan-ikan manis nan cantik dan beraneka ragam. Mereka berkelompok dan tak pernah sendirian, makan bersama, berebut berkejaran. Mereka akan pulang jika sudah kenyang dan waktunya bersembunyi, menyelip di celah-celah karang. Tentu saja mereka tidak terluka, sebab tubuh mereka begitu lihai memasuki celah sempit karang-karang itu. Bayangkanlah, aku ikut bersama grombolan itu.
Sayang, jika aku selamat dalam perjalan, aku telah berada di bawah laut sekarang. Baiklah, jangan pernah sesali, sayang. Karena aku juga tak pernah menyesal untuk menjauh darimu. Salam manis selalu dariku.
Jogjakarta, Juli 2009-Januari 2010
Gambar diambil dari sini