25 May, 2008

ajari aku lagi

kemarilah, ajari aku lagi
menulis masa lalu, masa lalu yang kaku
membinasakan diri dalam naungan puisi

ajari aku lagi
menyurati makna dari kopi-kopi dingin malam ini
bukankah kita telah jauh melanglang malam dari warung- warung
mengeja makna malam untuk kita habiskan bersama langit suram

kitapun disini malam ini
menyusuri bumi menjelang pagi

tolong; ajari aku lagi
menulis puisi

2008

Dongeng kejahatan

Bukankah kita dulu pernah hadir disini
dalam dongeng-dongeng masa lalu.

Bukankah semua dongeng itu seragam; kejahatan kalah oleh kebenaran.
Tapi kenapa kejahatan selalu muncul lagi untuk dikalahkan dalam dongeng berikutnya?

Mei 2008

JOGJA, PAGI DI PEREMPATAN

pagi ini kita bertemu lagi
masih di jalan ini, dengan keseharian yang tak pernah berbeda tapi
kita akan hadapi hari ini dengan berani
bersama warna hijau dan merah ini
nasib ini bukan untuk diratapi
meski kita terlahir sebagi anak tiri negeri salah asuh ini

2008

Empat Penjuru Jalan

Empat penjuru jalan ini adalah kantor kita. Kantor yang tidak mengenal libur. Karena libur berarti mencekik diri dengan lapar. Justru ketika orang libur kita harus menaikkan omset untu kantor sederhana ini. Karyawannya datang dari empat penjuru. Timur, selatan, barat dan utara.

Pagi sekali kita harus sudah berkumpul. Tanpa apel pagi dan absensi, kita harus segera memulai kerja.
Tanpa mesin hitung, tanpa meja dan seragam kembar.

Dan semua orang kelak akan tahu, tangan-tangan inilah yang perkasa membawa berita dari segala penjuru.

Kita adalah karywan dan direktur bagi kantor kita sendiri.
Kantor dengan empat penjuru jalan. Lengkap dengan lampu merah-kuning-hijau.
Dan merah adalah warna yang paling kita sukai.
Pada sebuah perempatan. Yogyakarta, Mei 2008

kita menari liar dalam panas

kita menari liar dalam panas
awan menggumpal
langit perak
tampaknya banyak yang tidak senang dengan gerah

rel kereta digesek keras dan memanas
kaca jendela tergetar
dan kamu membuatku tenggelam dalam keramain dua hayal yang membumbung menuju atap rumah

Yogyakarta, Mei 2008

Kita pernah Jaya

Sakit inilah yang akan membuat kami mengamuk lagi
Kita terlalu dikecewa

Cita-cita kita membentur baja
Dan kita tenggelam dalam telaga sepi yang tidak pernah kita cita-citakan

Kita pernah jaya, mengenangnya bukanlah dosa
Tapi mengulangya, tentu bukan hal yang siasia
Mei 2008

Kuku pelangi

Pelangi adalah perpaduan warna yang sempurna. Oleh karena itu aku ingin kukuku seperti pelangi. Bukan hanya penuh warna, tapi juga penuh cerita.
Dan hidup adalah merah- jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu.
Karena pelangi adalah genangan masa kecilku yang tercecer di sepanjang jalan hidup yang terjal berbatu.
Aku melukis pelangi di kukuku. Aku persembahkan kelak untuk alam semesta.


Yogyakarta, Mei 2008

Mei; 100: (Selamat 100 tahun Harkitnas,Indonesia)

Mei; 100 Tahun
(Selamat 100 tahun Harkitnas,Indonesia)

Untukmu pemuda; lelaki-perempuan
Sejarah telah melahirkan kita untuk hidup sebagai pembela
Karena itu, tolong jangan hentikan derap menderu ini
Karena darinya kita menyobek langit untuk meraup makna

Potret kita masih menyala di pagar alam raya
Semangat Soetomo, semangat Misbach
Kerasnya Malaka, semangatnya Karno

Kita berjejer kebingungan; antara gembira dan kesedihan

Oh, jangan biarkan
Konstruksi petaka masa lalu yang kini direkayasa
karena kita akan semakin bodoh dengan jatuh kembali di lubang yang mereka gali untuk kedua kali

kita adalah darah daging dari bangsa terhormat
kita anak cucu dari revolusi proklamasi
kitalah keturunan resmi kebangkitan perlawanan, ikrar pemuda dan teriakan kebebasan
tolong, tolong jangan hianati kami


Yogyakarta, Mei 2008

Mari bernyanyi

Mari bernyanyi
Merayakan lagi hidup kita yang sepi
Sepi dari birahi lapar yang berlebih
Kita telah cukup makan hari ini. Tidak perlu korupsi untuk sang istri
Biarkan mereka menyambut kita
Dan kita tahu kita jauh dari dosa menelan bara
2008

pertapa malam

pertapa malam
malam yang mati pulalah yang mengantar kenanganku padamu
lelaki tegar dengan tekad peluru
lagumu nyaring di tengah malam gersang ini
kau temui aku dalam gelisahku
matamu yang pualam menyorot gelapku
ayah aku merindukanmu
betapa,
Yogyakarta, Mei 2008

Sakit Sekali

Sakit Sekali
Luka yang menganga ini adalah amukan raksasa. Dan kita selalu tak berdaya dengan mereka yang buta. Bukankah kita adalah anaknya juga. Oh, betapa rakus mereka memburu mangsa. Tangan kanannya menggenggam penuh, sementara tangan lainnya sibuk mengaduk, mencari lagi. Dan lagi. Sejak dulu hingga hari ini.


2008

tentang tuhan yang kau ajarkan

kau mengobatiku mencari tuhan,
katamu tuhan itu begitu sederhana
ia hanya melakukan apa yang manusia tak kuasa
tidak lebih dari itu katamu

aku belajar memahaminya
2007