TIBA-TIBA saja kalian datang, bergerombol, membawa banyak senyum dan wajah gembira. Wajah tanpa dosa dengan hiasan ramah-tamah.
Tiba-tiba kalian mengaku saudara, mengaku kerabat, mengaku sependeritaan, mengaku satu mimpi, lalu satu tujuan bersama dengan saya. Wah, padahal saya tidak kenal sama kalian. Kalian saja yang tiba-tiba nongol dan menawarkan diri. Sok kenal dan sok baik. Padahal sebelumnya, mana pernah kalian ada untuk saya. Kalian ini, ada-ada saja. Tidak punya malu ya?
Kalian ajak saya bergembira. Kita rayakan demokrasi, begitu katamu. Mari memilih untuk untuk tujuan bersama! Bah, tujuan bersama apa? Yang jelas kalau bicara! Tujauan apa? Bisa kalian jelaskan dengan detail tujuan itu? Kemakmuran maksudmu? kemakmuran itu kue kering manis ya? Atau buah-buahan?
Waaah, orang tua saya sudah capai cari uang untuk sekolah saya. Mana pernah kalian bantu, sekolahku makin mahal, perlu banyak biaya untuk beli buku pelajaran adik-adik saya. Ibu mengeluh, harga beras naik melulu, bapak merengut, kalau mau kerja, motor harus disi bensin dengan harga mahal. Seringkali bapak mendesah; negara penghasil minyak kok minyak mahal, minyak naik bukannya sukur dapat subsidi malah ikut bayar mahal. Ada-ada saja ya kalian ini.
Nenek sudah tua, tidak berani ke rumah sakit, mahal ongkosnya, beli obat bisa bikin saya sekeluarga puasa delapan belas kali bulan purnama.
Sekarang kalian datang. Masih dengan tiba-tiba. Datang bawakan kami mimpi. Bilang kalau kalian saya pilih, kalian bakalan bikin hati saya bahagia. Oh ya? Dulu bapak saya juga katanya kalian janjikan begitu. Nenek saya, tetangga-tetangga saya, paman, sepupuku, kakak dari bibinya saudara sepupu anak tiri saudara paling tua bapak saya (bingung, kan?). Buktinya kemarin saja si Imin kena PHK, Pak Anto sakit demam berdarah tidak bisa bayar di rumah sakit. Lah bagaimana dong? Coba, coba bikin saya percaya. Biar saya yakin coret muka kamu di TPS besok pagi.
Kalian ini memang suka melucu ya, melucu dan tidak tahu malu. Pasang poster sana-sini pakai gaya yang paling narsis, buang-buang duit cuma buat minta dipilih. Saya saja tidak pernah mengemis, kalian mengemis. Kalian sms saya, kirimkan lewat email, kirimkan juga kalender ke rumah saya, stiker, uuuh! Kalian tempel sembarangan di pagar rumah. Benar-benar tidak sopan! Motor lagi parkir kalian tempelkan stiker norak beraneka warna, kurang kerjaan sekali ya!!!
Kalau mau dipilih, ya minta saja bapak kalian, anak kalian, istri-istri kalian, temen-temen kalian. Bukankah kita tidak pernah saling kenal? Bukan saudara, bukan tetangga, kalian enak-enak saja senyam- senyum sambil minta dipilih. Paling-paling kalau sudah saya pilih, kalian lupa. Baru ingat lima tahun lagi, kalau di kampung saya banyak yang milih kalian.
Coba, coba beri saya bukti. Murahkan sekolah saya, bensin motor saya, beras ibu saya, rokok bapak saya, obat nenek saya, buku adek saya. Bisa? Bisa kalian murahkan semuanya? Jangan PHK teman saya, jangan pecat sepupu saya. Obati tetangga saya, kasih susu adik-adik saya. Bukankah kalian telah menawarkan sebuah negara imajiner pada saya? Sebuah mimpi utopis buat saya dan keluarga?
Ayo, ayo jelaskan, lalu buktikan. Biar saya mantap besok pagi pegang pena coret muka kalian! Kalau tidak bisa, ya sudah. Besok pagi saya tidak mau milih kamu. Saya pilih diri saya sendiri.
Kos-kosan, 8 April 2009
Irwan Bajang
good
ReplyDeletesatu lagi tulisan kamu yg mengesankan saya.
ReplyDeleteteruskan menulis saudara.
@ Wahyudi...
ReplyDeleteTerimakasih banyak Kawan, mari saling terus berbagi biar karya kita makin siipp...
:D
Wah bung nie cocok masuk media kampus, nti masuk ke sesi sastra. Ya begitu bung, syang kwan2 kurang masif, media dah ga ada lagi. Mau ga mau ya harus bangun lagi, pimpin gagasan bung.
ReplyDeletekeren.... memang, orang-orang itu baik kalau ada maunya, es-ka-es-de.
ReplyDeletebetul Bung Rivai..
ReplyDeletesepakat..
hahahaha
mari tertawa bareng!
@Ilham
ReplyDeleteoke bung..kamu sponsorkan saya lah
hehehe
piye? siap to?
wah...
ReplyDeleteplitik
selalu menghardik
menarik
untuk dikritik
politik
memang licik
seperti penculik
yang gesit
politik
menculik yang "piyik"
politik
politi
politik
aku
kamu
dan mereka
semuanya
tak berkutik
karena politik
yang licik
salam
hangan
-jono-
:D
betul..sepakat buat joni
ReplyDeletehehehehe
makasihg dah apresiasi dan salam kenal ya
:D