27 January, 2010

CUEK

 



“Mari kita tandatangani persetujuan ini.”
“Persetujuan apaan?”
“Pengurangan gas emisi karbon.”
“Untuk apa?”
“Ya, untuk mengurangi polusi, lah!”
“Polusi?”
“Jangan pura-pura tidak tahu, kau merasakannya sendiri, kan?”
“Lalu, apa hubungannya dengan tanda tangan?”
“Karena kita telah berbuat bayak kerusakan!”
“Kerusakan apaan maksudmu? Jangan hiperbolis dan mengada-ngadalah!”
“Ya itu! Kamu banyak memberi polusi ke udara kita bersama.”
“Lah, itu kan buat memakmurkan rakyatku!”
“Tapi rakyat negara lain semakin tidak makmur, alias terkena imbas pembangunan industrimu yang berlebihan! Udara jadi makin panas, hutan gundul dan wabah penyakit semakin banyak. Kutub semakin sempit dan keseimbangan dunia terancam!”
“Bodo amat, aku hanya mau makmur!”
“Kami juga mau makmur!”
“Ya sudah, ngapain saling urus? Kita punya jalan masing-masing, kan?”
“ Karena kau bagian dari kami, bego!”
“Sejak kapan? “
“…”
“Kapan?”
“Ya, sejak kita muncul dengan identitas masing-masing di bumi ini! Karena kita hidup berdampingan!”
Akh, persetan!”
“Huh, dasar negara sok besar, maunya menang sendiri.”
“Dasar negara miskin, sok mengurus segala hal dan cemburu!”
***

Lalu si negara-negara industri besar walk out dari kongres, dan polusi semakin merajalela akibat tingkahnya; cerobong asap yang tak berhenti mengepul.
Oh, betapa kau tak pernah tahu panas malam ini, karena kau asik menyalakan ac di kamar tidurmu. Betapa kau tak pernah tahu hutan kami gundul, karena kau sibuk cebok dengan tissue dari pohon hutan kami yang kalian tebang ilegal.  Betapa kau tidak pernah mengerti , betapa kau egois dan betapa menderitanya kami gara-gara kamu.
Lalu negara-negara besar lainnya cuek dan kita bersama-sama menyongsong neraka akibat matahari yang semakin tak terhalang menuju rumah-ruamah kita. Dan kelak, anak cucu kita akan memaki, karena kita tak mewariskan apa-apa pada mereka selain kekeringan dan panas yang tak kunjung reda.
“Hmmmm…!”


Yogyakarta, 8 Februari 2008

8 comments:

  1. jleb...!


    *kayak bunyi tikaman yg menghujam...

    ReplyDelete
  2. gimana tuh??
    hehehehe
    ini parodi aja buat situasi internasional dan pemanasan global
    hehe

    ReplyDelete
  3. satu perdebatan yang tak kunjung berakhir...
    manusia adalah juga seekur makhluk perosak
    hamba nafsu yang gelodak
    lupa pada tuhan
    mementingkan diri sendiri...
    binatang lebih mulia
    kerna tidak merosakkan alam sekitaran...

    ReplyDelete
  4. wew....sangat realistis....(wkwkwkkw....bahasaQ!^)

    ReplyDelete
  5. cerita realita kehidupan kita ya mas ^^
    potret nyata bumi kita dewasa ini.....pemanasan global.

    ReplyDelete
  6. Malem mas Irwan, maaf baru sempet mampir ke sini lagi. Saya baru aktif ngeblog lagi soalnya gara2 kecanduan twitter :D

    Ilustrasi yg bagus mas! Tapi Saya ga ngerti, untuk cegah pemanasan global, kenapa harus nunggu komitmen dari negara maju? kenapa ga kita komit sama diri sendiri dulu?

    ReplyDelete
  7. Mari jangan cuek :p
    Mari mendengarkan :D
    Mari memulai dengan tanaman/bunga2 atau pohon2 di rumah kite :D hehehehe

    ReplyDelete
  8. Udah adat pincang dunia
    'yang tinggi menginjak yang rendah untuk naik ke atas'

    ReplyDelete

silakan berkomentar