06 November, 2009

Buku Indie Lagi: Jalur-jalur indie book

pernahkah kamu berpikir: "Saya banyak tulisan, entah puisi, cerpen, novel, atau bahkan curhat-curhat yang melodramatis. Saya mau menjadikannya buku. Penerbit mana yang mau terima? saya kan, belum terkenal, saya belum nulis di koran, saya pernah ditolak penerbit, ditolak koran, bahkan ditolak majalah dinding. Duh, tapi saya bermimpi jadi penulis besar! Nggak bisa ditawar-tawar lagi!"

Nah, sering, kan, kita berpikir seperti itu? Merasa rendah diri, merasa kurang PeDe dan lain sebagainya. Lalu bagaimana solusi buat mereka yang berpikir seperti gaya berpikir di atas. Apakah menulis harus selalu diterbitkan di penerbit? Sebagai bukti bahwa kita penulis yang hebat dan karyanya bagus? Dalam beberapa hal barangkali ya, tapi tidak selamanya begitu.

Penerbit memang punya banyak rambu-rambu, dan saringan, itulah yang membuat naskah seseorang kadang tak diterima. Tentu saja bukan jelek sepenuhnya (meskipun pada beberapa kasus, memang demikian adanya). Kebanyakan karena beda selera antara penulis dan penerbitnya saja. Atau faktor yang paling dominan adalah, semuanya berdasarkan tinjauan pasar. Penerbit mengeluarkan modal yang tidak sedikit untuk menerbitkan buku. Menggaji karyawannya, membayar biaya produksi buku, membayar distributor, dan banyak lagi kerja lain yang menyangkut pengeluaran dana. Maka, jangan salahkan penerbit, kalau naskah-naskah yang tidak marketable akan di depak dari meja redaksi. Siapa yang mau berusaha dan ikhlas rugi di muka bumi ini?

Tapi, masih ada solusi, kan?
Hahaha.. santai aja. Jangan bingung, jangan sedih. Terbitkan saja sendiri bukumu!!

Waaaaaaakzzzz? Saya kurang paham seluk beluknya. Lagian katanya tadi dana yang dibutuhkan itu banyak! Gimana sih, katanya mau kasih solusi!

Hahaha nggak usah repot, masalah di penerbitan itu, kan cuma penyuntingan (editing naskah) proofing (tata aksara) lay out (tata letak) desain cover, dummy, cetak, distribusi, sudah jadi buku deh, cuma itu doang. Simpel kan?

Saya sudah membuktikan dengan banyak teman, bahwa membukukan buku sendiri itu gampang dan nikmat. kita cuma cetak sepuluh buku, entah dengan cara print, fotokopi, atau dengan banyak cara lainnya. (saat ini telah berkembang mesin cetak digital, yang bisa mencetak buku terbatas, bukan hanya minimum order 1000 lebih sebagai batas minimumnya) Cetaklah bukumu, jual pada orang-orang terdekat, pacar, istri, teman, adik, link yang kamu kenal, lalu hasil penjualanmu itu kamu pakai lagi untuk cetak yang lebih banyak berikutnya.

Skema sederhananya begini:
  1. Kamu punya naskah (entah novel, cerpen, curcol, puisi, flash fiction dsb), kumpulkan dan satukanlah menjadi karya utuh yang layak baca.
  2. Mintalah seorang yang bisa atau ngerti EYD dan setidaknya punya karya bagus, atau bayarlah editor yang berpengalaman untuk mengedit dan proof karyamu itu. Kalau mau irit, carilah tenaga suka rela. Hehehe.
  3. Bikin cover (kalau nggak bisa sendiri, kasusnya bisa kayak di atas, minta bantuan temen kalau nggak bisa sendiri)
  4. Layout tulisan kamu (sda)
  5. Cetak deh. Kamu bisa kopi isinya di fotokopian, covernya bisa kamu print sendiri, atau manfaatkan print outdor yang lagi marak. cari yang murah-murah aja untuk awalan!

Nah, setelah semua tahap ini kamu lalui, maka kita lihat tahap pendanaan sekarang.
Misalnya kamu cuma bikin bukumu 10 eksemplar. Anggep saja kamu mengeluarkan biaya 15.000,-/ buku. = 150. 000, kan, modalmu? Setelah jadi, juallah misalnya seharga 20.000 atau 25.000. Anggaplah 25. 000 biar gampang hitungnya. maka kalau semua bukumu laku, kamu dapat uang 250. 000.

Setelah itu cetak lagi, jangan dipakai jajan. Dengan dana sebanyak itu, kamu akan dapat mencetak kurang lebih 16 buku. Maka kalau semuanya laku lagi, kamu bisa dapat uang sebanyak 400.000, kamu bisa mencetak 26 buku selanjutnya. Kalau semuanya laku lagi, kamu akan dapat uang 650.000. Skemanya begitu terus, setelah laku, cetaklah kembali 50 buku, 100, 500, seribu, lima ribu. Seterusnya, seterusnya, sampai jumlah yang kamu inginkan.

Saya tidak sedang mengajak kamu komerisl dengan mengukur segala sesuatu dari uang, tapi setidaknya begitulah gambaran yang bisa kamu lihat, kalau kamu memang tertarik menerbitkan bukumu sendiri.
Gampang, kan? Tunggu apa lagi. Kumpulkan tulisanmu dan majulah!!!



(SEMUA CERITA DI ATAS BERDASARKAN PENGALAMAN SAYA DALAM MEMBANTU “INDIE BOOK” BEBERAPA TEMAN.)



PS:
Bagaimana dengan distribusinya?

Banyak kok distributor yang bisa bantu menyebarkan buku dan nggak mematok sampai beribu-ribu eksemplar. 400-500 saja mereka sudah mau, tapi ya kita nggak bisa berharap bisa tersebar jauh sampai seluruh indonesia, paling cuma habis di seputaran dalam kota asal buku itu. Kecuali kita cetak 2000 atau lebih, mungkin akan bisa tersebar se-Indonesia. Tapi jangan khawatir. Kalau kamu nggak mau pakai distributor, kamu bisa juga jual secara indie di distro-distro, kantin, komunitas-komunitas penulis, sastra dan lain sebagainya. Atau yang paling simpel, jual online online lewat blog atau email, facebook, twiter dan milis-milis buku lainnya. Yang penting kamu rajin promosi, bukumu pasti laku.

Kalau kurang jelas?

Jangan ragu Tanya saya. Hehehehe
Atau mampirlah ke Indie Book Corner, untuk konsultasi dan berbagi keluh kesah. Selamat menulis dan selamat jadi penulis!!

6 comments:

  1. Ikuti Triks Jualan Buku Ala Mr. Chan
    Langsung dari tutornya, Konsultasi Gratis.
    Bukan MLM, Money Game apalagi Monopoli maupun Poliponic!

    Kunjungi Blog Mr. Chan bersama Karyanya yg sudah jadi Best Seller..

    http://langitmenghitam.blogspot.com/

    *Plok...plok..plok..

    Gmn Cuy Orasiku, Dah mirip Conza?
    Hahaha...

    ReplyDelete
  2. Salam kenal...

    Makasih dah berkunjung kerumah saya yang jarang di urus :)

    Eh, infonya keren nih. Nah, kalau saya gini, gi pengen nerbitin buku. Tapi, bukan dalam bentuk novel, kumcer, chiklit, teenlit atau flash fiction. Dalam bentuk CS (Chicken suop) boleh gak? Yah khususnya sih info tentang TKW githu. Suka dukanya, kekurangan2 pokoknya banyak deh... :)

    ReplyDelete
  3. senang bgt bisa mampir ke rumahmu ini,ada info bagus bgt disini.

    Salah satu impian pengen punya buku sendiri tapi keluhan sama seperti yg tertulis di atas ditambah blm pede :(
    tapi baca tulisan ini membuat aku berpikir apa salahnya berharap...smg suatu saat tumbuh keberanian untuk buat buku hihii....

    mksh ya ^_^

    ReplyDelete
  4. @Chan.hahaha..kau ini, tar tak jadikan tokoh dalam novelku ah, hehehehe...

    @Anazkia: Boelh2 banget Anzkia, coba deh mampir ke www.indiebook.co.cc tar di sana bisa liat teman2 yang suka nerbitin buku Indie//

    Senja: http://indiebook.co.cc
    mampir aja ke sana, senja. Kan tulisan di blogmu udah bagus2 tuh, bisa juga dibukukan..hehehe
    saya memang nulis artikel ini buat kawan2 yang pengen punya buku
    :D

    Ayo, semangat menulis smeuanya.

    ReplyDelete
  5. Wah... mo dijadiin tokoh dalam novel Om Bajang,.. Namaku bakalan melambung... hohoho..
    Ga kebayang.... mimpi apa semalem yach..kayaknya ga basah2 .

    Ah... paling jadiin tokoh sampingan sebagai pembokat, penjahat atau dukun santet jangan2 orang autis hyper active atau tokoh ga penting alias monyet yg sering pegangan ala cinta sederhana...

    Wadoohh... Cabuttt...
    Tinggalin jejak..

    http://langitmenghitam.blogspot.com/

    ReplyDelete
  6. hehehe..can ini memang manusia paling gokil n paling keren.hehehe
    makasih atas review bukunya ya bro...
    salam semangat dan sehat selalu untuk dirimu..
    :D

    segera saya pasang banner tanpa nama

    ReplyDelete

silakan berkomentar