16 October, 2010

Obat Rindu

ke mana aja kok gak pernah Nampak?
kapan nulis lagi, saya rindu tulisanmu?
hey ayo nulis lagi!
Susah sekali saya menjawab antologi pertanyaan semacam itu. Bahkan, saya kadang takut untuk menjawab, sebab yang muncul kebanyakan adalah apologi, pembelaan dan sikap mencari aman. Padahal, sesungguhnya saya tidak tahu, kepada siap mencari aman, untuk apa berapologi dan kenapa juga harus melakukan pembelaan. Dan kali ini, saya juga tak akan menjawab pertanyaan tersebut di atas, sebab sungguh, samasekali saya susah menjawabnya.

Yang jelas, saya merasa bersalah, sebab meskipun blog ini tidak ramai-ramai amat, tapi saya tentu saja berhutang pada diri saya sendiri. Sejak awal membuat blog ini, saya memang berniat untuk menulisnya berkala dan tentu saja rutin. Tapi, begitulah, alangkah kejamnya harapan. Hehehe. Apa jadinya kalau saya tak menulis blog lagi? Nanti bisa-bisa saya nyanyi untuk diri saya sendiri, janjimu, ah janjimu palsu! Hahaha. Baiklah, cukup dulu ya prolog tak berartinya, sekarang mari saya nulis dan silakan kalian baca. Hehehehe.

1… 2… 3… Nah, kan saya malas nulis lagi. Ckckckkkk. Ayo kasih dukungan dong kawan, atau setidaknya, ajukan pertanyaan dan pesanan, apa yang harus saya tulis segera! Oke? Biar saya bisa menulis blog lagi. Nah, sebab saya belum bertemu dengan si ide untuk menulis, kali ini saya posting sebuah puisi saja ya. Puisi ini oleh-oleh liburan sekaligus pulang kampung saya ke Lombok. Silakan dibaca ya kawan-kawan. Silakan diapresiasi dan sesekali boleh dijiplak.

Rindu yang Meranggas (Sebuah Sajak yang Melankoli)

Kenangan,
ia berjalan pelan, dingin menulang di kepalaku
menanam risau-risau
menyemai rindudendam
dan berkisah tetang kepulangan

Debur ombak laut Senggigi
matahari meluruh perlahan
teriakan hatib dari mimbar-mimbar masjid yang berjejer
mengabarkan lagi risau-risau, sayang

bunga sisa panen tembakau meranggas
satu persatu mengurai rindu pada rumput dan tanah lempung yang membelah
lalu senja turun lagi, perlahan
memberi hangat rinduku bersama temaram

Senggigi, 19 September 2010

11 comments:

  1. syabas...ayuh nulis terus...

    ReplyDelete
  2. hehehe...salam sahabatku. ayo semangat lagi
    :D

    ReplyDelete
  3. hmm nulis apa ya? nulis ttg tempat nongkrong asik di jogja, lombok, kisah cinta pribadi (lho?) hehe.. moga ide2 itu menghampirimu lagi ya ka..

    puisinya bikin kangen ma lombok, lombok is surely v beautiful place.. i love the beaches hehe

    ReplyDelete
  4. Anonymous10/18/2010

    Bagus puisimu, Jang. Bahasanya tenang, kata-katanya seperti lukisan, dengan latar senja (iyakah?--mungkin iya: 'matahari meluruh perlahan'). Paling kusuka ketenangan bahasanya. Seakan tidak ditulis oleh anak muda, tapi orang yang sudah matang hati. Hahaha...

    ReplyDelete
  5. Iya nih irwan lama juga udah ga mampir. sibuk urusan kerja kuliah. jadi kurang waktu buat nulis juga :)

    ReplyDelete
  6. Hey... Saya baru pertama kali mampir disini dan suka dengan tulisanmu. Ayo dong, rajin menulis! Ditunggu tulisan-tulisanmu berikutnya ya! :)

    ReplyDelete
  7. Salam Bang Irwan, tulisan menggugah tuh he.he. Wah pngin jd pnulis mulai belajar dari awal dlu nih, wlpun dari bloging. So, ttp smangat :)

    ReplyDelete
  8. setuju... kalo udah dibikn blognya, jadi kerasa punya semacam hutang gitulah untuk mengisinya.. keep writing yo!!

    btw, waah..benar-benar merah semua ya...
    hmm..saya lebih suka lebih suka baca intronya, hehehe
    tapi puisinya juga bagus kok.. ^^

    ReplyDelete
  9. Bajang, itu yah rasa tanah kelahiranmu? adem gitu. nah, kenapa semua orang tampak malas nge-blog? saya sih dari dulu sampe sekarang, isi blog ya amburadul. tapi tetap setia. heuheuw...

    ReplyDelete
  10. ke mana aja kok gak pernah Nampak?
    kapan nulis lagi, saya rindu tulisanmu?
    hey ayo nulis lagi!

    *aku suka kalimat ini. Tak perlu dijawab, karena kalimat tanya yang menghipnotisku. Yaah, dari kalimat tanya inilah aku mendapatkan semangat untuk menulis lagi. :)

    ReplyDelete

silakan berkomentar